
Oksibil, Halo Indonesia – Kepala Bandara Oksibil, Frits Jusuf Ayomi adalah sosok yang pekerja keras dan sejak kecil belajar hidup mandiri. Pahit manis hidup pun sudah ia alami dalam perjuangannya.
Perjalanan karirnya boleh dikatakan sangat berat. Ia memulai segalanya dari awal. Ia lahir dan besar di Manokwari ibu kota Provinsi Papua Barat. Setelah lulus SMP, ia hijrah ke Jayapura untuk melanjutkan SMA dan tinggal bersama kakak angkat. Orang tua dan keluarga tetap tinggal di Manokwari.
Ketika duduk di bangku SMA, ia berusaha keras untuk membiayai sekolahnya sendiri. Sepulang sekolah ia kerja untuk mencari biaya sekolah.
“Saya semasa SMA pernah bekerja sebagai buruh kasar, membersihkan saluran air, mengangkat batu dan pasih ke mobil truck, jadi kondektur, cat gedung kantor, cuci mobil. Itu semua saya lakukan untuk biaya sekolah saya, karena memang ekonomi keluarga saya masih kurang dan saudara saya juga beberapa sekolah diluar daerah. Jadi saya berusaha membantu orang tua saya dengan membiayai sekolah saya sendiri,” ungkap Kepala Bandara Oksibil itu saat ditemui oleh Halo Indonesia beberapa waktu lalu.
Terkadang ia merasa malu ketika dilihat teman-teman sekolahnya bekerja tetapi itu sama sekali tidak menurunkan semangatnya untuk berjuang lebih keras. Namun pada suatu waktu ketika menjelang ujian akhir SMA kelas 3, ia berpikir untuk berhenti sekolah karena sulitnya mencari biaya.
“Pernah suatu waktu saya putuskan untuk tidak melanjutkan sekolah padahal sudah kelas 3 mau ujian akhir. Tetapi saya teringat sebuah pepatah yang mengatakan berakit-rakit dahulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Inilah yang menjadi penguatan saya, jadi untuk mendapatkan sesuatu yang baik memang harus susah terlebih dahulu. Sehingga saya bertahan,” jelasnya penuh semangat.
Ia kurang prestasi selama mengenyam bangku sekolah SMA karena kurang belajar dan dilema bekerja untuk mendapatkan biaya seolah. Cari biaya sekolah saja hampir setengah mati.
Setelah lulus SMA ia berencana untuk melanjutkan ke perguruan tinggi namun karena kendala biaya, akhirnya ia memutuskan untuk langsung mencari kerja.
Awalnya ia mengikuti pendaftaran tes pembibitan untuk mendapat beasiswa dari Pemerintah Daerah yang diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan. Ia memilih Air Traffic Control (ATC) yang mengatur lalu lintas udara. Namun ia belum berhasil dalam tes tersebut.
Selang beberapa waktu kemudian ia mendapat informasi bahwa ada penerimaan pegawai di Bandara Sentani. Namun ia juga tidak lulus.
Setelah dua kali gagal tes, ia mendapatkan kabar bahwa Kantor Wilayah 5 Jayapura membuka penerimaan pegawai. “Itu adalah penerimaan hari terkahir sehigga dari bandara sentani langsung ke Kanwil 5 untuk mengirim lamaran permohonan. Saya ikut tes dan lulus murni disana. Saya ditempatkan di bagian Humas,” ujarnya.
Ini merupakan lika-liku perjuangan hidup yang ia tempuh, ia yakin bahwa kerja keras pantang menyerah menjalani proses pasti akan menhasilkan buah yang manis.
Ia berpesan bahwa dalam bekerja harus mempunyai tanggung jawab, tekun, tabah, dan bersyukur atas apa yang telah dimiliki saat ini. Pesan ini yang selalu disampaikannya kepada kru dan karyawan Bandara Oksibil. “Saya selalu tegaskan kepada mereka agar tidak berkecil hati walaupun masih sebagai pegawai biasa karena suatu saat nanti mereka akan menjadi peminpin menggantikan saya disini,” tegasnya.
Walaupun saat ini ia sudah menjadi Kepala Bandara Oksibil namun masih banyak impian yang ingin ia wujudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelak ia berniat untuk membangun sektor pariwisata pantai di Serui, Kepulauan Yapen. “Pantai Serui sangat indah dihiasi oleh pasir putih dan ombak yang bagus untuk berselancar, juga langsung menghadap ke laut Pasifik sehingga wisatawan dapat melihat kapal-kapal besar yang melintas,” tutupnya.