Tangerang, Halo Indonesia – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pada tanggal 14-16 November 2017 bekerja sama dengan Australian Transport Safety Bureau (ATSB) telah menyelanggarakan Bimbingan Teknis (bimtek) “Marine Safety Investigation Course” yang bertempat di Hotel Ibis Gading Serpong Tangerang.
Peserta bimtek ini berasal dari beberapa stakeholder KNKT yang meliputi : Badan Nasional Pencarian Pertolongan (BNPP), PT. Pelni, PT. ASDP, PT. Pertamina up SVP Shipping, PT. Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Peserta juga berasal dari beberapa unit kerja di Lingkungan Kementerian Perhubungan seperti : BPSDM Perhubungan, Direktorat Perkapalan dan Kepelauatan, Direktorat Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (KPLP), Direktorat Navigasi, Direktorat Pembinaan Keselamatan Perhubungan Darat, Kepala Syahbandar Utama Tanjung Priok, KSOP Sunda Kelapa dan KSOP Merak. Disamping dari dalam negeri, peserta juga berasal perwakilan perusahaan pelayaran asing seperti : American Berau Shipping, LLOYD Register, Nippon Kaiji Kyokai, Registro Italiano De Navale.
Narasumber pada bimtek ini berasal dari Senior Investigation Australian Transport Safety Bereau (ATSB) sebanyak 2 orang yaitu Tristan Shandy dan Captain Mike Hooley. Materi pada Bimtek ini, selain dasar-dasar investigasi kecelakaan pelayaran juga materi lainnya seperti sistem informasi pelayaran secara global dan dilengkapi beberapa studi kasus.
Pada sambutannya Ketua KNKT, Dr. Ir. Soerjanto Tjahjono menyatakan bahwa KNKT masih membutuhkan banyak kegiatan pelatihan ini yang ditujukan untuk meningkatkan kompetensi dari para investigatornya. “KNKT akan mengadakan regulation and complient course agar setiap investigator dapat memahami beberapa regulasi di pelayaran” ungkap ketua KNKT. Hal ini diungkapkan ketika menyadari bahwa tidak hanya aspek teknis yang menjadi akar penyebab kecelakaan pelayaran akan tetapi juga kesalahan menetapkan kebijakan. KNKT juga menggarisbawahi bahwa training hari ini merupakan permulaan training yang selanjutnya.
Ketua KNKT juga mengungkapkan kegalauannya terhadap belum menemukan secara tepat terhadap seseorang ataupun institusi yang dapat memberikan pelatihan terhadap permasalahan penyebab kebakaran kapal. Hal ini dikarenakan kecelakaan pelayaran banyak didominasi kasus kebakaran kapal dan mengalami kesulitannya untuk mengungkap penyebabnya. KNKT berharap ada pihak lain yang mau mambantu untuk mencari solusinya.
Selain permasalahan pelatihan, Ketua KNKT juga menyinggung tujuan utama investigasi kecelakaan pelayaran yaitu untuk mencari root cause (akar penyebab) kecelakaan dan ditujuan untuk mencegah kecelakaan dengan penyebab yang sama. Ketua KNKT juga menyatakan bahwa Filosofi investigasi tidak untuk mencari siapa yang bersalah akan tetapi mencari penyebab teknis dan bukan non teknis (perijinan) tidak dilakukan. “Manajemen perusahaan yang berpengaruh masalah teknis menjadi bagian yang diinvestigasi” harapan Ketua KNKT ketika menyinggung ruang lingkup kegiatan investigasi di masa yang akan datang.
“Hasil investigasi yang paling penting adalah rekomendasinya” tegas Ketua KNKT ketika menyadari bahwa masih banyak rekomendasi KNKT yang tidak ditindaklanjuti oleh para stakeholder. Salah satu solusi yang telah direncanakan dan akan direalisasikan adalah melalui advokasi kepada para stakeholder dengan lebih aktif. Upaya yang akan dilakukan memberikan alokasi anggaran lebih besar pada tahun depan terhadap kegiatan sosialisasi ataupun Focus Group Discussion (FGD).
Ketua KNKT mengungkapkan keprihatinannya bahwa saat ini pembinaan teknis pada industri galangan kapal tidak dilakukan oleh Kementerian Perhubungan. “Pembinaan teknis sampai dengan perijinan Industri galangan kapal dibawah Kementerian Perindustrian” ungkap Ketua KNKT ketika menyadari industri galangan kapal banyak aspek teknis yang harus diperhatikan. “Aspek perijinan industri galangan kapal dibawah Kementerian Perindustrian” tegas Ketua KNKT ketika mengusulkan perlu adanya pemisahan kewenangan pada industri galangan kapal.
“Penyebaran informasi cuaca pada pelayaran rakyat sangat memprihatinkan” kata Ketua KNKT ketika menyadari kekurangpedulian Anak Buah Kapal (ABK) terhadap informasi cuaca. Hal ini diperburuk dengan tidak adanya awak kapal yang ditugaskan secara khusus untuk membaca informasi cuaca dan disertai juga dengan tidak adanya Standar Operasi Prosedurnya (SOP). Kelengkapan yang harus ada pada setiap kapal adalah peta laut. “Peta laut yang berada di Indonesia tidak satupun yang up to date” jelas ketua KNKT ketika melakukan inspeksi terhadap 20 kapal.
Ketua KNKT juga mempermasalahkan tidak adanya pengawasan terhadap angkutan barang pada kendaraan truk yang akan diangkut menggunakan kapal. Syahbandar di pelabuhan hanya menitikberatkan pemeriksaan terhadap kelaikan kapal dan jumlah manifest penumpang. “Perlu adanya regulasi agent yang mengawasi angkutan barang pada truk di kapal” saran Ketua KNKT yang ditujukan angkutan barang pada kapal roro.
“Laporan KNKT adalah laporan kita bersama apabila terjadi kesalahan pada laporan itu maka kita akan salah semua” jelas Ketua KNKT ketika membahas kualitas laporan investigasi kecelakaan transportasi. Peryataan Ketua KNKT terkait maksud kesalahan pada laporan bahwa Sebelum final report akan diminta tanggapan kepada pihak terkait, dan apabila pada jangka waktu tertentu tidak ada tanggapan maka dianggap menyetujui. “Semua stakeholder bertanggung jawab terhadap laporan investigasi KNKT” kata ketua KNKT. Selain itu juga KNKT tidak berkeinginan melampar kesalahan pada pihak lain dan semua pihak bertanggung jawab terhadap laporan investigasi KNKT melalui tanggapan yang diberikan oleh stakeholder.
Sebelum mengakhiri sambutan dan membuka secara resmi kegiatan bimtek ini, Ketua KNKT menyatakan bahwa pada tahun 2021 atau 2022 akan dilaksanakan audit pelayaran oleh International Maritime Organization (IMO). “Kegiatan pelatihan ini akan meningkatkan nilai dari audit nantinya” harapan Ketua KNKT.