
Jakarta, Halo Indonesia – Pembangunan fisik bandara sangat penting untuk menunjang pelayanan penerbangan. Namun banyak tantangan yang dihadapi oleh beberapa bandara dalam meningkatkan pembangunan, salah satunya adalah Bandar Udara Wunopito.
Dalam pertemuan Halo Indonesia dengan Kepala Bandar Udara Wunopito Wisma Floranius di Kementerian Perhubungan, mengatakan bahwa Bandara Wunopito sedang melakukan peningkatan kualitas SDM, sedangkan untuk peningkatan fasilitas bandara seperti perluasan lahan bandara tidak dapat dilakukan karena terkendala pembebasan lahan.
“Lahan kami tidak punya. Kami harap pemerintah daerah segera membebaskan lahan kami, saya dalam hal ini selaku kepala bandara selalu membangun konsolidasi dengan pemerintah daerah namun sampai saat ini belum ada jawaban pasti. Untuk peningkatan fisik bandara masih belum dapat kami lakukan,” ujar Kepala Bandara Wunopitu, dalam keterangannya kepada Halo Indonesia (09/01/2018)
Panjang landasan pacu Bandara Wunopito hanya 1200 M. Pesawat yang mampu dilayani bandara yaitu paling besar ATR 42-500 dengan pesawat kecil seperti Susi Air jenis Caravan. Pergerakan pesawat dalam sehari hanya 4 kali pergerakan. Pagi Susi Air datang dan berangkat, siangnya Trans Nusa datang dan berangkat. Perhari 2 kali penerbangan hanya melayani rute ke Kupang.
Adapun yang menjadi daya tarik wisata sekaligus menjadi Ikon Pariwisata di daerah Wunopito adalah tradisi penangkapan ikan Paus tradisional yang dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus. Selain itu juga obyek wisata gunung api Batu Tara yang biasanya meletus setiap 15 menit sekali dan tidak lama Kementerian Pariwisata memberikan penghargaan gunung api Batu Tara sebagai obyek wisata terunik di Indonesia.
Tantangan yang sering dihadapi dalam penerbangan di Bandara Wunopito adalah derasnya angin pantai karena bandara Wunopito terletak dekat dengan pantai sehingga memang membutuhkan pilot yang memang handal dalam penerbangan. Namun tantangan yang paling sulit berada pada sisi pembebasan lahan.
Dukungan dari pemerintah daerah belum dirasakan oleh Bandara Wunopito. “Belum ada kejelasan pasti dari Pemda karena lahan yang ada itu merupakan hibah. Kami terus berkoordinasi dengan Pemda untuk berupaya memiliki sertifikat tanah namun belum ada kejelasan. Dukungan pembebasan lahan juga belum, mungkin terbentur dengan PAD yang sangat kecil disana,” ungkap Wisma.
Ia berharap pemerintah daerah segera berupaya melakukan pembebasan lahan agar Bandara Wunopito dapat meningkatkan pembangunan fisik khususnya perpanjangan landas pacu untuk meningkatkan pelayanan.
“Selama ini kita hanya mampu melayani pesawat ATR 42, mungkin kedepan bisa melayani ATR 72, kami juga berharap kepada pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk membangun tembok penahan abrasi karena landasan pacu berada dipinggir pantai yang kemungkinan akan tergerus air, jarak landasan pacu dari bibir pantai sekitar 5 meter,” tambahnya.
Salah satu akses utama dalam peningkatan pembangunan ekonomi adalah melalui akses udara maka pembangunan infrasturktur bandara sangat penting untuk menunjang terealisasinya penigkatan ekonomi.