Jakarta, HaloIndonesia — Tim Percepatan Wisata Desa dan Kota yang dibentuk Kementerian Pariwisata mempunyai terobosan dalam mengangkat potensi desa wisata di Indonesia, sejumlah Famtrip (Familiarization Trip) Travel Agent maupun media asing yang rutin digelar Kementerian Pariwisata akan dibawa mengunjungi sejumlah desa wisata di Indonesia.
Ketua Tim Percepatan Wisata Desa dan Kota, Vitria Ariani menjelaskan bahwa program famtrip ke desa wisata ini sebagai upaya mendongkrak kunjungan wisatawan mancanegara ke desa wisata di Indonesia.
“Kami fokuskan di beberapa desa wisata yang sudah memiliki amenitas lengkap dan sudah siap menerima kunjungan wisman, seperti desa sekitar Danau Toba, Jawa Tengah, Bali, Sumatera Barat, Labuan bajo, great Jakarta dan lainnya,” ungkap Vitria Ariani saat rapat sinkronisasi program famtrip di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Jumat (17/03/2018).
Vitria menambahkan sejumlah desa wisata disekitaran daya tarik wisata utama di Indonesia perlu dipromosikan agar masyarakat desa ikut menikmati hasil dari pariwisata.
“Jangan sampai masyarakat desa hanya jadi penonton, ketika pariwisata di kawasannya maju dan berkembang. Terlebih nanti saat kunjungan wisman mencapai 20 juta, desa-desa wisata inilah sebagai penopangnya,” jelas wanita yang akrab disapa Bu Ria ini.
Ria mengaku telah mempersiapkan petanya, desa-desa wisata yang tersebar di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda, nantinya akan disesuaikan dengan market wisatawan negara masing-masing.
“Selain program famtrip ini, kami juga sudah menggelar beberapa program dalam upaya mengangkat desa wisata di Indonesia, seperti hard selling melalui web, pembuatan buku desa wisata, bimbingan ke masyarakat desa dan juga pelatihan SDM masyarakat desa,” ungkapnya.
Deputi Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana menjelaskan kegiatan ini salah satu upaya untuk menggenjot kunjungan wisman sebesar 17 juta di tahun 2018 dan 20 juta di 2019. “Dengan jumlah wisatawan sebesar itu tentunya keberadaan desa wisata sangat penting, keberadaan homestay juga akan membantu ketersedian akomodasi wisatawan. Selain keunikan budaya dan alam di tiap desa yang menjadi daya tarik wisatawan,” ungkap I Gde Pitana.
Pitana mengaku promosi melalui famtrip ini jauh lebih murah dibandingkan berpromosi langsung di negara tujuannya, low budget high impact. “Efektifnya mereka melihat langsung produknya dan merasakan pengalaman (experience), ini hal penting dalam pariwisata,” ungkap Pitana.
Asisten Deputi Wisata Budaya, Oneng Setya Harini menambahkan pariwisata Indonesia bertumpu pada potensi budaya mendapat porsi paling besar yaitu 60 persen, potensi alam sebesar 35 persen, dan diikuti dengan potensi buatan manusia yang mendapat porsi sebesar 5 persen.
“Sedemikian besar daya tarik budaya tersebut basisnya ada di pedesaan, masyarakat desa yang masih memegang teguh adat istiadat. Potensi ini yang akan kita kembangkan jadi daya tarik wisatawan, dan desa wisata menjadi panggungnya,” jelas Oneng.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun sangat antusias terkait hal ini, terlebih famtrip ini dalam upaya mengangkat perekonomian masyarakat desa. Hal ini tentunya sejalan dengan Nawa Cita presiden Jokowi dalam membangun Indonesia dari pinggiran dalam hal ini desa wisata.
“Sebagian besar daya tarik wisata di Indonesia terletak di pedesaan, membangun dan memasarkan desa wisata menjadi hal mutlak. Masyarakat desa merupakan gerbang utama menjaga kelestariannya, tentunya dengan meningkatkan taraf hidup masyarakat desa. Saya yakin dengan semangat Indonesia Incorporated pariwisata Indonesia akan maju,” pungkas Menpar Arief Yahya. (*)