
Alor, NTT. HALO Indonesia – Lima belas pulau berdiri kokoh di timur laut Nusa Tenggara Timur. Dua pulau di antaranya, yakni Pulau Alor dan Pulau Pantar, dipisahkan sebuah selat dengan terumbu karang dan biota laut yang indah. Selat itu, Selat Pantar, bahkan dijadikan taman laut sebagai lokomotif pariwisata di Kabupaten Alor. Turis-turis asing, yang sudah berkeliling dunia, bahkan mengakui Taman Laut Selat Pantar (TLSP) sebagai taman laut terindah nomor dua di dunia. TLSP hanya kalah indah dari Taman Laut Kepulauan Karibia di Amerika Selatan.
Di TLSP, tampak jutaan terumbu karang warna-warni yang unik.Terumbu karang termasuk tumbuh-tumbuhan laut berwarna ungu, hijau, kuning, coklat, merah, abu-abu, jingga, dan putih juga menghiasi dasar laut. Selat Pantar juga dimeriahkan ikan-ikan cantik, antara lain jenis flasher, alien, dan invanders. Ikan-ikan itu mempunyai warna tubuh yang bervariasi, bahkan seekor ikan dapat memiliki 3-4 warna.
Tampak pula rombongan ikan karang dan ikan pelagis yang menghiasi panorama bawah laut. Keindahan bawah laut tersebut jelas merupakan ”kekayaan” Kabupaten Alor dengan total luas 2.864,64 kilometer persegi ini. Kabupaten Alor berbatasan laut dengan Timor-Leste dan Kabupaten Maluku Barat Daya. Tentu saja, untuk menikmati TLSP tiada cara lain daripada menyelam langsung di selat ini. Waktu seminggu pun kiranya takkan cukup untuk memuaskan hasrat untuk menyaksikan seluruh keindahan Selat Pantar. Mengapa? Sebab, setidaknya ada 26 titik penyelaman di taman laut tersebut.
Sementara itu, di sekitar Pulau Pantar terdapat 18 titik penyelaman yang disebut ”Baruna’s Dive Site at Alor”. Kedelapan belas titik penyelaman tersebut antara lain Baruna’s Point, Never Never Wall, Cave Point, Three Coconut, hingga Rahim’s Point. Jangan kaget kalau nama-nama titik penyelaman itu muncul dalam bahasa Inggris karena para penyelam dari luar negeri yang lebih dahulu mengakrabi Selat Pantar. Mereka lah yang lalu memberikan nama titik-titik penyelaman itu. Lagi pula, harus diakui kalau mereka menyelam lebih baik daripada sebagian orang Indonesia.
Mulut Kumbang
Di antara Pulau Alor, tepatnya di Desa Alor kecil dan Pulau Kepa, terdapat Selat Kumbang yang biasa disebut masyarakat setempat sebagai Mulut Kumbang. Di selat tersebut, utamanya pada Mei dan September, sering terlihat kawanan ikan lumba-lumba melintas dan burung-burung pemakan ikan juga terbang rendah. Kehadiran ikan lumba-lumba dan burung-burung pemakan ikan tersebut dipicu perubahan suhu air laut menjadi dingin pada siang dan malam hari yang ternyata disukai lumba-lumba. Fenomena itu pun kerap menarik perhatian turis asing untuk menunggu di titik itu demi berswafoto dengan latar belakang lumba-lumba yang tengah menari ria.