
Bogor, HaloIndonesia – Komunitas penggiat kuliner yang sudah terbentuk sejak 2003 dan diprakarsai oleh Bondan Winarno yang bernama Jalan Sutra mencoba menceritakan kisah dan kiprah Bondan.
Salah satu anggota Jalan Sutra, Harry Nazarudin, mengatakan awal mula terbentuknya komunitas Jalan Sutra di tangan Bondan. Harry menyebut dahulu Bondan menulis kolom di Suara Pembaruan dengan nama Jalan Sutra. Nama itulah yang digunakan Bondan untuk membuat komunitas kuliner sejak 2003 hingga sekarang.
Melalui buku yang dihasilkan Bondan Winarno diterbitkan oleh Gramedia dan Jalan Sutra. Jalan Sutra sendiri, selain sebagai komunitas, merupakan penerbit buku.
“Saya ikut menulis bersama Bondan di buku ‘100 Maknyus Jakarta, Bali dan Joglo Semar’. Itu terakhir proyek yang saya kerjakan bersama Pak Bondan,” kata Harry di Kompleks Imperial Golf Estate, Jl Bangsawan Raya Sentul City No 2, Sentul, Bogor, Rabu (29/11).
Harry juga bercerita mengenai awal karier Bondan Winarno sebagai jurnalis. Dikatakannya, Bondan pernah mendapat penghargaan sebagai jurnalis investigatif terbaik lewat bukunya yang membahas mengenai tambang emas.
Selain itu, Bondan menulis buku ‘100 Maknyus Jakarta’, ‘100 Maknyus Bali’, dan ‘100 Maknyus Jonglo Semar’. Buku itu berisi seputar 100 kuliner di berbagai wilayah dan di-review maupun di tulis oleh Bondan sendiri.
“‘100 Maknyus’ itu sebenarnya buku yang simpel. Isinya kuliner, resep dan cerita. Kenapa resep? Karena kalau makanan itu contohnya brambang asem di Solo. Itu yang jual hanya satu, di Solo. Kita bikin bukunya, kita buat resepnya supaya orang bisa me-repeat itu,” kata Harry.
Saat me-review makanan di suatu tempat, Bondan tidak pernah memakan makanan secara gratis. Dia selalu membayar semua makanan yang ia makan dan ia review.
Selain Herry, Anggota Jalan Sutra, Yohan Handoyo, ikut berkomentar. Yohan dan Harry adalah anggota Jalan Sutra sejak 2003. Yohan bercerita, kehidupannya mulai berubah ketika mengenal Bondan. Pria yang menyukai jenis minuman wine ini mengaku bisa sesukses sekarang berkat Bondan.
“Waktu itu saya masih kerja di bidang IT, lalu Pak Bondan memperkenalkan saya pada perusahaan milik Prancis yang mempromosikan wine di Indonesia. Dari situ saya disekolahkan di Prancis, saya juga diperkenalkan ke Gramedia. Dari situ saya bikin buku wine dalam bahasa Indonesia dan saya menang di London dan yang mengirimkan kompetisi buku tersebut adalah Pak Bondan,” kata Yohan.
Melalui jasa Bondan, akhirnya Yohan meninggalkan kariernya sebagai IT pada 2008 dan berfokus pada bidang wine. Yohan juga bercerita tentang pertemuan terakhirnya bersama Bondan.
Pertemuan terakhir itu setelah Bondan selesai operasi. Pertemuan dilakukan di perusahaan wine milik Yohan.
“Saya terakhir ketemu di rapat komisaris, lalu berapa hari kemudian kita makan malam bersama teman-teman. Waktu rapat komisaris itu Pak Bondan malah menunjukkan bekas luka operasinya ke saya dan saya kaget sekali, tapi beliau tetap optimistis dan nggak mengeluh, tetap kelihatan strong sama sekali. Tidak terpikir oleh saya bahwa sakitnya seserius itu,” kata Yohan.
Baca Juga : Resto Berbintang Michelin Larang Tamunya Foto Makanan