
Jakarta, Haloindonesia.co.id – Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf), Teuku Riefky Harsya, melakukan audiensi bersama Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) di Gedung Autograph Tower, Jakarta, Senin, 28 April 2024. Pertemuan ini membahas berbagai tantangan industri fesyen nasional, khususnya terkait dengan persaingan produk-produk asing serta persiapan penyelenggaraan Indonesia Fashion Week (IFW) 2025 yang akan digelar pada 28 Mei–1 Juni 2025.
Dalam audiensi tersebut, Menteri Ekraf Teuku Riefky menerima permohonan dari APPMI untuk mendukung penguatan dan pengembangan industri mode Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan target peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor ekonomi kreatif sebesar 8,4% hingga 2029 dalam RPJMN 2025–2029.
Menteri Ekraf Teuku Riefky menegaskan Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenrekraf) berkomitmen untuk mendukung perkembangan fesyen lokal.
“Kita memiliki semangat yang sama untuk mendorong produk Indonesia terus berkembang. Meski tidak dapat dilakukan secara instan, penguatan desain khas Indonesia menjadi strategi yang sangat efektif. Kemenekraf siap merekomendasikan kolaborasi lintas sektor melalui pendekatan hexahelix, serta membantu dalam menjembatani komunikasi dengan sponsor dan mendorong keterlibatan produk-produk daerah di IFW 2025,” ujar Menteri Ekraf Teuku Riefky.
Menteri Ekraf Teuku Riefky juga mengungkapkan ketertarikannya pada pengembangan industri alas kaki nasional, khususnya yang berkembang di Mojokerto. Menteri Ekraf Teuku Riefky menilai potensi ini perlu diangkat ke panggung nasional, seperti dalam IFW 2025, untuk memperluas pasar dan memperkuat ekonomi kreatif dari daerah.
Ketua Umum APPMI sekaligus Presiden IFW 2025, Poppy Dharsono, menyampaikan bahwa saat ini APPMI menaungi perancang dan pengusaha mode dari 21 provinsi, yang menjadi tulang punggung industri fesyen daerah. Hasil karya mereka akan dibawa ke IFW 2025 untuk dipromosikan dan dibangun brand nasionalnya.
“IFW telah berlangsung selama 13 tahun, menjadi wadah penting bagi para desainer daerah. Namun, kondisi industri saat ini cukup berat, dengan lebih dari 100 pabrik garmen tutup akibat tekanan produk fast fashion impor. Karena itu, kami berharap dukungan pemerintah untuk mempromosikan produk heritage Indonesia, yang menjadi identitas fesyen nasional,” kata Poppy.
Ia juga menambahkan bahwa desainer Indonesia tidak hanya kreatif, tetapi juga inovatif dalam menggunakan material berkelanjutan, seperti eco-print fabrics berbahan dasar kapas yang ramah lingkungan. Produk ini akan dipamerkan dalam Dubai Fashion Week sebagai kain halal, menyasar pasar global yang berjumlah lebih dari dua miliar konsumen muslim.
Deputi Bidang Kreativitas, Budaya, dan Desain Kemenparekraf, Yuke Sri Rahayu, turut menyoroti potensi industri alas kaki nasional, dan menyatakan pentingnya mendukung keterlibatan produk-produk daerah dalam perhelatan seperti IFW untuk memperkuat ekosistem ekonomi kreatif daerah.
Selain Poppy Dharsono, turut hadir dalam audiensi ini Melati Sutikno (Project Lead IFW 2025). Menteri Ekraf Teuku Riefky didampingi oleh Direktur Fesyen Romi Astuti dan Kabid Pemasaran dan Komersialisasi Fesyen Dessy Widowati.