Tangerang, HaloIndonesia — Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.500 pulau dengan garis pantai mencakup ±100.000 km. Tentunya, Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA), baik itu di darat maupun di laut. Namun demikian, sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki bangsa ini, untuk mengelola potensi SDA itu masih kurang, terutama di bidang teknologi. Akibatnya, banyak tenaga ahli didatangkan dari luar negeri.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut B. Pandjaitan mengungkapkan, hal ini bukan berarti pemerintah akan membiarkan mereka terus-menerus mengelola aset bangsa Indonesia, tapi itu hanyalah bersifat sementara sembari menyiapkan SDM dari dalam negeri.
“Tapi kan nggak bisa selamanya bergantung sama dia, 3-4 tahun boleh-boleh saja,” ucap Menko Luhut dalam acara Seminar Marketplace Intelligence Politik Ekonomi Bisnis 2018 di BSD Tangerang, Sabtu (17-03-2018).
Menko Luhut pun tak memungkiri, bahwa ada tenaga kerja asing didatangkan dari luar negeri. Namun demikian, tenaga kerja asing yang didatangkan itu merupakan tenaga kerja ahli. Diapun lantas mencontohkan seperti tenaga kerja di PT Sulawesi Mining Investment di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Tenaga kerja yang didatangkan dari Tiongkok itu merupakan tenaga ahli.
Agar tak selamanya tergantung pada keahlian tenaga asing itu, pemerintah meminta investor asing untuk membangun sarana pendidikan. Tujuannya, agar ada peningkatan sumberdaya manusia di sekitar wilayah beroperasinya perusahaan penanam modal
asing. “Seperti di Morowali itu, saya minta mereka bikin sekolah politeknik dan politeknik itu yang mendidik orang kita,” kata Menko Luhut.
Bukan bermaksud merendahkan anak bangsa sendiri, tapi Menko Luhut mengatakan, kita harus jujur kepada diri sendiri, bahwa seberapa bagus diri kita? Apa kekurangan diri kita agar bisa kompetitif, supaya kita bisa efisien, bisa disiplin. Sebab, kata Menko Luhut, jika mau menjadi orang hebat, kita harus mengetahui diri kita terlebih dahulu.
“Nah, kalau kau tahu dirimu siapa, langkah berikutnya kau harus bagaimana kau berprinsip dengan dirimu supaya kau bisa menjadi somebody. Nah yang ketiga sebenarnya yang paling penting lagi spirit kerja itu kita masih kalah juga kita harus akuilah. Bukan semuanya juga, banyak. Kenapa? Ya kita masih baru membangun sekarang ini,” tutur Menko Luhut.
Peran Media Sosial
Menko Luhut mengatakan, peran media sosial juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan di suatu negara. Pasalnya, jika sosial media tidak lagi terkontrol maka akan menimbulkan polemik yang dapat menghambat pertumbuhan perekonomian di negara tersebut. Ia mencontohkan Amerika Serikat (AS) dalam beberapa tahun terakhir ini yang mampu meredam isu-isu yang dapat mengancam pertumbuhan di negara Paman Sam itu.
“Nah, kalau di kita sekarang dengan adanya UU IT ini anda bisa lihat, orang yang bicara tentang hate speech segala macam sudah mulai berkurang. Pemerintah konsisten terhadap itu. Tidak peduli siapa dia, kau melanggar aturan itu akan dibawa ke pengadilan. Jadi saya pikir kita akan makin terkendali mengatasi hal itu,” ujar Menko Luhut.
Menanggapi terkait peta politik saat ini, Menko Luhut menegaskan, bahwa baru di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang angka inovasinya mampu menembus hampir 64 %. “Angka ini tinggi sekali. Belum ada presiden yang bisa seperti itu, jadi saya pikir kita jangan overacting aja,” tegasnya.
Menko Luhut meminta agar kita jangan merasa yang paling baik dan paling hebat, tapi harus memperhatikan keadilan.
Sumber Perekonomian Indonesia Ke Depan
Terkait DNA sumber perekonomian Indonesia selama lima tahun kedepan, Menko Luhut mengatakan, pemerintah tidak lagi ingin menjadi pengekspor komoditas. Pasalnya, pemerintah ingin semua ada nilai tambah, karena nilai ekonomi ini akan membuka peluang ekonomi lainnya sampai dengan industri.
Seperti halnya yang diungkapkan James T. Ryadi (CEO Lippo Group) yang juga hadir dalam acara tersebut, bahwa industri kontraktor untuk pembangunan rumah saja merupakan industri besar yang memiliki banyak peluang. Namun, semua itu ada resikonya.
Garam
Menko luhut mengatakan, Presiden Joko Widodo telah mencabut kewenangan Menteri Kelautan dan Perikanan terkait perizinan garam. Ia juga mengaku, bahwa dirinya telah mengatakan kepada Presiden Joko Widodo bahwa pada tahun 2021, Indonesia tidak lagi perlu mengimpor garam, karena Indonesia mampu memproduksi sendiri dengan memanfaatkan sejumlah lahan yang ada, terutama di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang lahannya hampir 28 ribu hektar.
“Nah, sekarang kita suruh bikin garam industri, kita siapin karena kita sudah dapat 97 %. Jadi bapak ibu sekalian investasi saja di situ. Jadi di antara anda sekarang siapa yang punya duit, ramai-ramai aja bikin berapa orang ambil, karena kalau 1Ha itu 120 ton, jadi kalau anda ambil 1000Ha anda akan dapat 120 ribu ton garam,” kata Menko Luhut.
Perekonomian Indonesia 10 Tahun ke Depan
Terkait perekonomian Indonesia dalam 10 tahun ke depan, Mantan Menko Polhukam ini mengatakan akan semakin bagus. Dia memprediksikan, pada 2019 mendatang, perekonomian Indonesia bisa tumbuh mencapai 6 %.
“Tapi saya pikir kalau masa ini telah kita lewati, 2021, 2022 kita bisa tumbuh dekat dengan 6-7 %. Jadi mungkin 2024 kita akan tumbuh 7-8 % . Ini merupakan suatu perubahan yang akan sangat hebat. Nah, kalau itu terjadi makanya saya bilang ke Pak Presiden, “Pak, less than ten years nanti siapapun presidennya harus dipersiapkan dia harus bisa membawa Indonesia untuk tumbuh pada 8, 9 atau 10 % pada tahun 2034,” ungkap Menko Luhut.
Nantinya, 20 tahun ke depan, kita bisa menjadi negara maju seperti yang diramalkan oleh McKenzie ataupun World economic forum kalau Indonesia bisa menjadi nomor 4 atau 5 besar dunia dengan GDP 5,5 triliun atau berapa triliun dollar.