Jakarta, Halo Indonesia — Penerapan Sustainable Tourism for Development (STDev) atau pembangunan pariwisata berkelanjutan terbukti memberikan dampak pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat desa wisata. Ini sekaligus membuktikan pada prinsip pariwisata ‘Semakin Dilestarikan, Semakin Mensejahterakan’ yang mengacu pada Permenpar No.14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan yang biasa dipopulerkan sebagai 3P (People, Planet, and Prosperity).
Hal ini disampaikan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya pada acara Malam Penganugerahan Indonesia Sustaianable Tourism Award (ISTA) 2018 berlangsung di Hotel Borobudur Jakarta, Jumat malam (30/11). Menpar Arief Yahya menyebutkan salah satu contoh desa wisata yang menerapkan ST Dev adalah Desa Wisata Desa Wisata Penglipuran di Bangli, Bali yang dikenal sebagai desa terbersih dunia dan tahun lalu mendapat Green-Gold Award ISTA 2017 untuk kategori Sosial-Budaya.
“Desa Panglipuran di Bali berhasil meningkatkan kunjungan wisatawan ke desa tersebut hingga 158% dan pendapatan desa melonjak hingga 240%. Tahun 2017 wisatawan yang berkunjung ke Panglipuran sebanyak 183.000 orang dan PAD desa meningkat menjadi Rp 5,7 miliar,” kata Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya mengatakan Program STDev mencakup tiga hal utama Sustainable Tourism Destination (STD), Sustainable Tourism Observatory (STO), dan Sustainable Tourism Certification (STC). Untuk program STD Kemenpar telah bekerjasama dengan 20 kabupaten/kota di seluruh Tanah Air (Kota Sabang, Kota Medan, Pesisir Selatan, Kota Palembang, Bintan, Kota Pontianak, Belitung, Kota Palangkaraya, Pangandaran, Sleman, Magelang, Probolinggo, Berau, Hulu Sungai Selatan, Wakatobi, Lombok Barat, Kota Ternate, Morotai, Raja Ampat, dan Biak Numfor).
Sementara itu dalam program STO, Kemenpar menggandeng 5 universitas yaitu UGM, ITB, Udayana, Unram, dan USU yang ditunjuk sebagai Monitoring Centre for Sustainable Tourism Observatory (MCSTO). Masing-masing universitas memonitor observatorium, seperti STO Sleman dimonitor oleh UGM, Pangandaran oleh ITB, Sanur oleh Udayana, Lombok oleh Unram, dan Toba oleh USU.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenpar Dadang Rizky Ratman mengatakan, pemberikan penghargaan kepada para pemenang ajang ISTA 2018 sebagai bentuk mengapresiasi pemerintah kepada pihak-pihak yang telah menerapkan prinsip berkelanjutan dalam pengelolaan pariwisata. “Ajang penghargaan ISTA 2018 ini merupakan bagian dari bentuk apresiasi kepada para pengelola yang telah menerapakan STDev,” kata Dadang Rizky Ratman.
Menpar Arief Yahya pada kesempatan itu memberikan penghargaan dan melakukan foto bersama dengan para pemenang ISTA 2018. Para penerima penghargaan ISTA 2018. Pada tahun ini sebagai Juara Umum adalah Nihi Sumba (Sumba Committee), Nihiwatu.
Berikut para penerima penghargaan ISTA 2018:
1. Penerima penghargaan dalam bidang Tata Kelola adalah:
a. Juara 1: Papua Explorers Resort
b. Juara 2: Mandalika
c. Juara 3: Taman Wisata Pendidikan Purbasari Pancuran Mas
d. Juara 4 (harapan): D’Kandang Amazing Farm, Depok
2. Penerima penghargaan dalam bidang Pemanfaatan Ekonomi kepada Masyarakat Lokal adalah:
a. Juara 1: Kawasan Wisata Pantai Pandawa
b. Juara 2: Kampung Ekowisata the Lodge Maribaya
c. Juara 3: Kampoeng Cinangneng
d. Juara 4 (harapan): Desa Pujonkidul
3. Penerima penghargaan dalam bidang Sosial-Budaya
a. Juara 1: Desa Adat Waerebo
b. Juara 2: Wisata Kei
c. Juara 3: Ulun Danu Beratan
d. Juara 4 (harapan): Kampung Belajar Tanoker.
4. Penerima penghargaan dalam bidang Lingkungan
a. Juara 1: Ekowisata Tangkahan
b. Juara 2: Tanjung Puting
c. Juara 3: Taman Nasional Bali Barat
d. Juara 4 (harapan): WAHA Tourism Community (WTM).