
Jakarta, HaloIndonesia, 26 Februari 2018 – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (IDX : GIAA) membukukan pendapatan operasional sebesar USD 4.2 miliar selama 2017 atau meningkat 8.1 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu USD 3.9 miliar.
Kinerja operasional perseroan yang terus menunjukkan tren positif tersebut sejalan dengan komitmen manajemen dalam penerapan strategi “5 Quick Wins” yang dijalankan sejak kuartal ke-2 tahun 2017. Selain itu Garuda Indonesia juga mencatatkan tingkat keterisian penumpang (seat load factor) sebesar 74.7 persen dengan tingkat ketepatan waktu (On Time Performance – OTP) sebesar 86.4 persen.
Direktur utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansury mengatakan bahwa selain berhasil meningkatkan pertumbuhan positif pada pendapatan operasinal perusahaan, menutup tahun 2017 Garuda Indonesia juga berhasil mempertahankan capaian standarisasi layanan bintang 5 dari Skytrax sejak tahun 2014. Hal tersebut tentunya menjadi bukti komitmen perusahaan untuk terus mengedepankan layanan berkualitas yang beroirientasi terhadap “costumer experience” ditengah strategi yang dijalankan manajemen.
Tren pertumbuhan pendapatan operasional tersebut tentunya ditopang oleh pertumbuhan pendapatan operasional pada lini layanan penerbangan tidak berjadwal yang meningkat sebesar 56.9 persen atau menjadi sebesar USD 301.5 juta. Selain itu sektor pendapatan lainnya (pendapatan diluar bisnis penerbangan dan subsidiaries revenue) turut meningkat sebesar 20.9 persen dengan pembukuan pendapatan sebesar USD 473,8 juta.
Sepanjang tahun 2017, Garuda Indonesia juga berhasil menekan catatan kerugian dari kuartal 1 tahun 2017 dari rugi sebesar USD 99.1 juta berkurang menjadi rugi sebesar USD 38,9 pada kuartal ke-2. Kemudian perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar 61.9 juta pada kuartal ke-3 2017 dimana angka tersebut naik 216.1 peren dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Sepanjang semester 2 tahun 2017, Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih hingga USD 70.4 juta yang merupakan hasil akumulasi laba bersih di kuartal ke-3 2017 sebesar USD 61,9 juta dan laba bersih di kuartal ke-4 2017 sebesar USD 8.5 juta. Capaian positif tersebut tentunya juga sejalan dengan upaya perusahaan dalam menekan catatan kerugian (net loss) hingga menjadi rugi USD 67.6 juta pada kinerja full year 2017 atau berkurang cukup signifikan dari tekanan kerugian di semester 1 tahun 2017.
Sepanjang tahun 2017, Garuda Indonesia Group berhasil mengangkut sebanyak 36.2 juta penumpang yang terdiri dari 24 juta penumpang Garuda Indonesia sebagai mainbrand dan 12.3 juta penumpang Citilink. Jumlah tersebut meningkat 3.5 persen dibanding tahun 2016 sebesar 35 juta penumpang. Selama tahun 2017, Garuda Indonesia juga turut mencatatkan peningkatan tren pertumbuhan trafik penumpang internasional sebesar 8.1 persen. Garuda Indonesia melalui anak usaha Citilink berhasil mencatatkan pertumbuhan penumpang sekitar 10.8 persen.
Melalui usaha kargo udara, Garuda Indonesia berhasil mengangkut 446.8 ribu ton angkutan kargo, meningkat sebesar 7.4 persen dibanding tahun 2016 dengan pendapatan cargo Garuda Indonesia yang meningkat sebesar 8.2 persen menjadi USD 237.1 juta tahun 2017.
Sejalan dengan upaya peningkatan kapasitas produksi, Garuda Indoensia sebagai mainbrand sepanjang tahun 2017 juga berhasil mencatatkan peningkatan 38 menit pada utilisasi pesawat hingga mencapai 09 jam 36 menit, meningkat dibanding tahun 2016 sebesar 08 jam 58 menit. Adapun di tahun ini perusahaan menargetkan utilisasi pesawat dapat menyentuh kisaran 10 jam 24 menit. Sejalan dengan peningkatan utilisasi pesawat, kapasitas produksi perusaan (availibitiy seat kilometer ASK) juga meningkat sebesar 5.6 persen menjadi 67 miliar dibanding pada tahun 2016 sebesar 58.7 miliar seat kilometer.
Selain itu, sepanjang tahun 2017 Garuda Indoensia telah melaksanakan negosiasi kontrak pesawat bersama pihak manufaktur dan lessor sehingga dapat menurunkan harga sewa pesawat hingga 25 persen.
Ditahun 2017, Garuda Indonesia juga berhasil mempertahankan predikat “The World’s Beest Cabin Crew” dari Skytrax selama empat tahun berturut-turut. Selain itu, Garuda Indoensia juga mendapatkan predikat bintang 5 dari Airline Pessenger Experience Association (APEX), sebuah asosiasi nirlaba untuk peningkatan pengalaman penumpang penerbangan yang berkedudukan di New York, Amerika Serikat. Penghargaan tersebut turut melengkapi pengakuan internasional atas standarisasi pelayanan bintang 5 yang dijalankan Garuda Indonesia.
Selain itu Garuda Indonesia Group mengoperasikan total 202 pesawat, dengan rata-rata usia pesawat 5 tahun. Garuda Indonesia mengoperasikan 144 pesawat. Adapun Citilink mengoperasikan sebanyak 58 armada pesawat.
Dalam rangka memperkuat kinerja keuangan dan operasional perusahaan secara berkelanjutan, Garuda Indonesia bersama jajaran anak perusahaan diawal tahun 2018 mencanangkan strategi bisnis jangka panjang bertajuk Garuda Indonesia Group (Sky Beyond 3.5) yang akan menjadi value driven aviation group dengan pencapaian target valuation group sebesar USD 3.5 miliar pada tahun 2020.