Jakarta, Halo Indonesia – Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata I Tahun 2019 menghasilkan 6 program inisiatif pengembangan sumber daya manusia (SDM) menuju pariwisata 4.0.
Rakornas Pariwisata I Tahun 2019 yang mengangkat tema “Wonderful Indonesia Digital Tourism (WIDT) 4.0: Transforming Tourism HR to Win The Global Competition in The Industry 4.0 Era” dan berlangsung selama dua hari (28 Feb-1 Maret) di Hotel Sultan Jakarta secara resmi ditutup oleh Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, Jumat sore (1/3/2019).
Rakornas menghasilkan 6 program inisiatif yang segera diimplementasikan dalam menyiapkan SDM menuju pariwisata 4.0 yang menyasar wisatawan milenial.
Menpar Arief Yahya pada kesempatan itu mengutip World Economic Forum (WEF) dimana ketika akan melakukan transformasi ada 3 hal yang harus dilakukan, yang pertama transformasi teknologi, transformasi SDM dan kreatif kolaborasi atau yang Arief sebut sebagai Indonesia Incorporated.
“Dalam melakukan transformasi saya menggunakan rumus 3C. ‘C’ yang pertama dan yang paling penting adalah CEO Commitment. Kalau CEO-nya Comitted ‘C’ yang dua lainnya tidak diperlukan,” katanya.
Ia menambahkan ‘C’ yang kedua adalah competence (kompetensi). “Oleh karenanya begitu Rakornas ini selesai saya memerintahkan untuk melakukan training kepada seluruh karyawan Kemenpar dalam hal WIDI Champion,” katanya.
Sementara ‘C’ yang terahir disebutnya adalah Champion Keys atau dengan kata lain ia sebut Change Agent (Agen Perubahan). “Dengan adanya agen perubahan itu, saya yakini Indonesia akan mudah dan semakin baik untuk masuk ke Tourism 4.0,” katanya.
Sebanyak 6 program inisiatif yang dimaksud sebagai kesimpulan Rakornas yakni program pemetaan digital “maturity” di industri pariwisata di Indonesia; program pemetaan kompetensi, kurikulum, dan metode pembelajaran dan sertifikasi WIDT 4.0; program kerja sama link & match antara Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata (PTNP) dan industri di bidang pengembangan kompetensi digital; program pengembangan dan pembinaan SDM desa wisata dengan PTNP; dan program kerja sama pengembangan start up pariwisata dan industri kreatif di berbagai destinasi wisata; dan program pengembangan dan pelatihan WIDI (Wonderful Indonesia Digital) Champion.
Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Kawasan Pariwisata Kemenpar Anang Sutono ketika membacakan 6 program inisiatif tersebut mengutip kata kunci dari Menpar Arief Yahya bahwa untuk mewujudkan tourism 4.0 maka harus memulainya bukan dari membangun infrastruktur teknologi atau “hard aspect” lebih dahulu.
Hal itu karena investasi yang mahal dan bersifat jangka panjang, tapi justru dimulai dari SDM atau “soft aspect” dan ini diambil menjadi tema Rakornas.
Dalam program pemetaan digital “maturity” misalnya di industri pariwisata antara lain perlu melakukan pemetaan digital “maturity” untuk ekosistem kepariwisataan serta pemetaan AKS (Attitude, Knowledge, Skill) gap di dalam industri kepariwisataan di Indonesia.
Program pemetaan kompetensi, kurikulum, dan metode pembelajaran dan sertifikasi WIDT 4.0 antara lain perlu melakukan metode pembelajaran kompetensi digital “blended learning” dan pembentukan Center of Excellence Tourism di perguruan tinggi pariwisata dengan pendekatan pentahelix serta sertifikasi kompetensi.
Sementara itu dalam program kerjasama link & match antara PTNP dan industri di bidang pengembangan kompetensi digital antara lain dengan membuka kesempatan untuk mendapatkan professional shadowing program, kesempatan magang (internship) mahasiswa PTNP di industri yang mempunyai kompentensi digital sesuai “best practice”.
“Para profesional digital di industri memberikan ‘guest lecture’ di PTNP untuk berbagi materi yang terkait dengan perkembangan teknologi di industri pariwisata terkini, serta memberikan kesempatan kepada para profesional di industri yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi tenaga pengajar melalui program Recognition Prior Learning (RPL),” kata Anang.
Dalam program pengembangan dan pembinaan SDM Desa Wisata dengan PTNP dengan mengembangkan dan pelatihan SDM terkait dengan Desa Wisata berbasis digital dan program pendampingan Desa Wisata bekerja sama dengan perguruan tinggi pariwisata, dan pengkajian untuk mendukung aplikasi program Desa Wisata berbasis digital.
Untuk program kerja sama pengembangan start up pariwisata dan industri kreatif di berbagai destinasi wisata antara lain perlu dilakukan kerja sama dalam program “Tourism Startup and Creative Industry Development Program” dan kerja sama pengembangan SDM industri kreatif dan pariwisata di berbagai daerah kunjungan wisata.
Dalam program kerja sama pengembangan start up pariwisata perlu dilakukan kerja sama untuk gerakan nasional pengembangan start up di sektor industri pariwisata serta program “capacity building” untuk meningkatkan digital literasi dan kesiapan bagi pelaku bisnis UKM di daerah-daerah wisata.
“Dari keenam program tersebut, kuncinya adalah pada program pengembangan dan pelatihan SDM dalam WIDI Champion yang disesuaikan dengan digital DNA ‘traits’ sebagai semangat besar untuk mencapai tujuan transformasi SDM di lingkungan Kemenpar,” kata Anang Sutono.