Beranda Frame Stigma Negatif Masyarakat Hambat Penyembuhan Penderita TBC

Stigma Negatif Masyarakat Hambat Penyembuhan Penderita TBC

BERBAGI

Jakarta, Halo Indonesia – TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Ditemukan pertama kali pada tahun 1882, atau 130 tahun lalu oleh Robert Koch. Namun sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia.

TBC merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian terbesar di dunia. Pada tahun 2016, jumlah penderita TBC di seluruh dunia sebesar 10,4 juta dan menyebabkan kematian pada 1,7 juta orang diantaranya.  Sebesar 64% penderita TBC di dunia terdapat di 7 negara, yang dipimpin oleh India, kemudian diikuti oleh Indonesia, Tiongkok, Filipina, Pakistan, Nigeria dan Afrika Selatan.

Berdasarkan laporan Global Tuberculosis Report WHO pada tahun 2017, Indonesia tercatat sebagai negara kedua dengan penderita TBC terbanyak di dunia, yaitu 1.020.000 jiwa.

Melihat fenomena ini, Forum Stop TB Partnership Indonesia (FSTPI) meluncurkan kampanye #PeduliKitaPeduliTBC, agar masyarakat lebih peduli terhadap pencegahan penyebaran TBC di Indonesia.

Sebagai inisitor kampanye #PeduliKitaPeduliTBC, Forum Stop TBC Partnership Indonesia (FSTPI) mengajak berbagai pihak untuk terlibat secara langsung, seperti pihak swasta dan berbagai kalangan, termasuk selebriti dan generasi milenials. Dengan meilbatkan berbagai pihak, diharapkan kampanye TBC ini bisa menyebar dengan luas.

Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Persahabatan, dr. Erlina Burhan, MSc, SpP(K) mengatakan kurangnya pemahaman masyarakat menjadi salah satu faktor sulitnya memberantas TBC di Indonesia, stigma negatif yang beredar di masyarakat membuat penanganan penyakit ini menjadi semakin sulit. Akibatnya, TBC sulit dihilangkan dan jumlahnya semakin meningkat.

“Gejala TBC yang paling umum adalah batuk selama lebih dari dua minggu, masyarakat sering menganggap sepele batuk,” ungkap Erlina dalam Talkshow Kesehatan di Ruang Serbaguna Gedung PPTI Pusat Klinik JRC, Jakarta Selatan, Selasa (16/01/2018).

Proses penyebaran TBC terjadi melalui udara, saat pasien batuk atau bersin (dan mengeluarkan percikan dahak) kemudian terhirup oleh orang lain. Proses penularan terhadap orang lain sangat ditentukan dari banyaknya kuman yang keluar dari pasien.  Karenanya sangat penting bagi kita mengetahui etika batuk, sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain, seperti; menggunakan masker, menutup mulut dengan lengan saat batuk dan bersin.

TBC adalah suatu penyakit yang memiliki kekhususan, proses pengobatannya terdiri dari kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah dan dosis dan waktu tertentu, selama 6-9 bulan. Melalui proses pengobatan yang benar sesuai dengan anjuran dokter, pasien TBC dapat disembuhkan.

Dengan terselengaranya kampanye #PeduliKitaPeduliTBC, diharapkan masyarakat Indonesia lebih peduli terhadap pencegahan penyebaran TBC di Indonesia dan bersedia memeriksakan diri jika ada gejala seperti TBC. Melalui kampanye ini pula, diharapkan dapat merubah stigma masyarakat akan TBC, tidak lagi menganggap TBC sebagai sesuatu yang menakutkan karena TBC bisa diobati dan disembuhkan jika ditangani dengan baik dan tepat.

 

 

 

Bagikan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.