Beranda Frame Wamenparekraf: Membangun Kepercayaan adalah Kunci Percepatan Pemulihan Pariwisata

Wamenparekraf: Membangun Kepercayaan adalah Kunci Percepatan Pemulihan Pariwisata

BERBAGI
Wamenparekraf: Membangun Kepercayaan adalah Kunci Percepatan Pemulihan Pariwisata halo indonesia

Jakarta, Haloindonesia.co.id – Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesoedibjo membuka kegiatan Webinar Series 3 dengan tema “Road Map to Bali Next Normal: What is the state of the biggest tourism market for Bali”, Jumat (5/6/2020). Dalam sambutannya, Wamenparekraf menjelaskan bahwa Kemenparekraf sedang menyusun upaya dan langkah-langkah pemulihan dalam menyambut kondisi kenormalan baru di sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Setidaknya terdapat tiga kunci terkait protokol normal baru tersebut yaitu terkait Kebersihan, Kesehatan, dan Keamanan (Cleanliness, Health, and Safety atau CHS).

Protokol ini tidak terbatas pada usaha Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang terdampak saja, seperti Penyedia Akomodasi, Jasa Makanan dan Minuman, Daya Tarik Wisata, Usaha Perjalanan Wisata, Usaha Fasilitas Seni, dan Produksi Film, serta usaha-usaha lainnya di seluruh sektor ekonomi kreatif yang diharapkan dapat menerapkan protokol ini. Dengan diterapkannya protokol ini dengan baik, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan wisatawan. Hal ini sangat penting karena “Gaining trust atau confidence adalah kunci dalam percepatan pemulihan, jadi harus sangat diperhatikan dan diimplementasikan. Jika hanya menjadi promosi tanpa aksi, maka kepercayaan yang dibangun bisa hilang dan akan lebih sulit lagi untuk membangunnya kembali” tegas Wakil Menteri termuda di Indonesia ini.

“Implementasi protokol dimaksud mengacu kepada gugus tugas dan akan melalui beberapa tahapan ‘pra-kondisi’, yaitu edukasi, sosialisasi, dan simulasi. Dalam pelaksanaannya, daerah akan menyiapkan manajemen krisis dalam monitoring dan evaluasi,” ujarnya.

Wamenparekraf Angela juga menjelaskan, pihaknya tengah menyiapkan handbook yang mengacu kepada standar global sebagai panduan teknis untuk pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Handbook ini merupakan turunan yang lebih detil dari protokol yang sedang disusun oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berdasarkan masukan dari Kemenparekraf untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Lebih lanjut terkait Webinar Series 3 ini, diikuti lebih dari 900 peserta dan dihadiri Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace), Duta Besar RI untuk Republik Rakyat Tiongkok merangkap Mongolia Djauhari Oratmangun, Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman Arif Havas Oegroseno, Duta Besar RI untuk Australia merangkap Republik Vanuatu Yohanes Kristiarto Soeryo Legowo, Duta Besar RI untuk Republik Demokrasi Rakyat Laos R. P. Pratito Soeharyo, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana, serta Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho.

Pada kesempatan yang sama, Cok Ace menjelaskan, pada 2019 Bali menyumbang 6,3 juta wisman, dengan asal wisman tertinggi secara berurutan adalah Australia, Tiongkok, India, Eropa, dan Amerika. Diketahui, para wisatawan yang datang ke Bali memiliki minat daya tarik wisata yang beragam, dimana minat terhadap daya tarik wisata budaya sebesar 65%, alam 30%, dan wisata buatan 5%.

Angela kembali menekankan bahwa Bali merupakan salah satu gerbang utama serta ikon dari Pariwisata Indonesia di mata dunia yang turut mengalami dampak dari pandemi COVID-19. Namun, Wamen termuda ini optimis sektor pariwisata di Bali akan cepat bangkit mengingat kesungguhan yang ditunjukkan Pemerintah Provinsi Bali dan pemangku kepentingan serta para industri pariwisata untuk bahu-membahu membangkitkan pariwisata Bali.

Dan sejalan dengan arahan Bapak Presiden, setiap pemerintah daerah lain juga harus memperhatikan betul kondisi laju penyebaran COVID-19 di daerahnya dalam pembukaan destinasi wisatanya.

“Saya optimis Bali akan kembali bangkit, khususnya dalam upaya membangkitkan industri pariwisata Bali. Selain adanya penerapan protokol yang baik oleh para pelaku industri, dibutuhkan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perwakilan Indonesia di luar negeri, media, dan seluruh stakeholder lainnya.”katanya.

Bagikan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.